Membuat senang atasan, rajin mencari informasi, dan tak gampang mengeluh. Mungkin saran ini pernah Anda baca di buku tentang cara meraih sukses dalam berkarier. Tapi jangan langsung percaya. Sebaiknya, cek terlebih dulu tanggal penerbitan buku tersebut. Jangan-jangan, sudah kadaluwarsa.
Menunjukkan bahwa diri Anda seorang pemikir kreatif, berani mengemukakan masalah-masalah potensial di kantor, dan bisa menggunakan waktu istirahat yang menjadi hak Anda, adalah jurus baru yang sebaiknya Anda lakukan. Ingat, kita dapat membuat diri kita lebih berarti dalam pekerjaan, dengan tetap melakukan hal yang membahagiakan diri sendiri. Apa saja resepnya?
1. Tunjukkan loyalitas
"Ketika pertama kali bekerja, saya berusaha menunjukkan kepada atasan bahwa saya adalah staf yang loyal, yang cenderung mengiyakan dan menyenangkan atasan," kata Dinasari (30), seorang manajer komunikasi bidang keuangan. "Sayangnya, ia bukan tipe atasan yang suka menasihati saya. Dan saya tidak sempat mengincar kesempatan lain di organisasi tempat saya bekerja, karena perhatian saya begitu terpusat padanya."
Seorang karyawan harus pandai-pandai melihat situasi, kapan ia bisa tampil dengan cara menunjukkan loyalitas kepada semua orang di departemennya, atau bahkan di seluruh lingkungan perusahaannya. Pasalnya, banyak orang sukses yang menggunakan jurus tersebut. Mereka mencari cara agar dirinya dikenal banyak orang, tanpa harus mengurangi loyalitas terhadap atasan.
Selain itu, Anda sebaiknya berbicara dengan ramah kepada rekan sekerja, dan terkadang perlu menawarkan tips untuk mengatasi masalah, apabila ada teman yang mengeluh. Ini penting untuk menunjukkan bahwa Anda merupakan bagian dari tim. Bila sikap seperti ini menyenangkan hati atasan Anda, maka atasan juga akan loyal pada Anda.
Strategi ini berhasil diterapkan oleh Vanya (38), seorang karyawan bagian teknik sebuah laboratorium medis. "Ketika saya kembali bekerja setelah kelahiran putri saya, saya ingin segera membenahi karier saya.
Supervisor saya rela menolong saya untuk belajar dan maju, dan dia tidak keberatan ketika saya menawarkan untuk membantu staf di kantor yang sedang mengembangkan website." Setelah itu apa yang terjadi? Dalam jangka waktu 10 bulan, seorang supervisor dari bagian lain meminta saya untuk bergabung dengan timnya dan mempromosikan saya.
Tapi ingat, Anda sebaiknya bisa membeda-bedakan dalam memberikan loyalitas. Loyalitas sebaiknya dilakukan pada orang yang dapat menolong Anda, baik dengan memberikan nasihat ataupun dengan menerima Anda di sebuah proyek yang membantu Anda muncul ke permukaan atau meningkatkan karier Anda. Kedengarannya ini strategi yang manipulatif, tapi strategis.
2. Jangan berkutat dengan e-mail
Kantor-kantor yang sudah mapan dewasa ini memanfaatkan komunikasi via e-mail, meski itu untuk komunikasi internal. Dan karena itu, e-mail merupakan suatu cara jitu untuk menunjukkan kemampuan Anda, seberapa kreatif Anda. Namun, berkomunikasi dengan e-mail juga bisa berakibat buruk dalam waktu singkat.
Yang termasuk tidak penting adalah berita-berita yang telah diteruskan berulang-kali (di-forward) sehingga penerima kewalahan untuk mencari inti pesannya.
E-mail terkadang tak hanya memboroskan waktu, tapi juga membuat penerimanya bertanya-tanya, apakah mereka sungguh-sungguh menggunakan waktunya secara efisien. Tapi tak perlu terlalu takut dengan e-mail yang sifatnya memang penting, yang bisa membuat atasan Anda kehilangan berita. Pertanyaan yang penting sebelum menekan tombol send (kirim), adalah apakah manfaat e-mail ini baik bagi atasan maupun bagi diri Anda sendiri? Jika jawabannya jelas, kirimkan saja.
3. Tak perlu berlebihan
Mungkin Anda mengenal tipe ini, atau bahkan termasuk salah seorang di dalamnya. Seseorang yang selalu berusaha terlibat dalam setiap rencana, menghadiri rapat tanpa diundang, dan melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya. Ini jelas adalah strategi yang tidak bermanfaat. Pasalnya, membangun tim adalah seni. Dan melakukan secara berlebih-lebihan hal-hal yang bersifat pribadi bisa menunjukkan bahwa Anda sebetulnya tidak mampu bekerja dengan orang lain.
Yang lebih buruk lagi, atasan Anda bisa merasa curiga Anda tidak melakukan tugas yang sebenarnya dengan baik. Hal seperti ini pernah dialami Melissa, 30 tahun. "Saya sangat terlibat dengan segala macam pekerjaan. Saya bahkan sempat mengerjakan pekerjaan karyawan lainnya.
Saya juga merasa bersalah karena bekerja terlalu banyak, pekerjaan menumpuk, sehingga atasan memarahi saya karena saya bekerja sepanjang waktu. Padahal, atasan saya ambisius, dan karena itu dia merasa bahwa saya sedang mencoba mengincar posisinya. Akibatnya fatal bagi saya. Saya kehilangan pekerjaan yang begitu saya sukai."
Karena itu, sebaiknya arahkan energi dan sifat giat Anda pada hal-hal yang menjadi prioritas atasan Anda. Buatlah atasan dan rekan kerja Anda merasa senang dengan kehadiran Anda. Buat mereka selalu berkomentar, "Oh, ini dia." Tapi ingat, jangan berhenti mencari jalan untuk mengembangkan tanggungjawab Anda. Jika Anda memiliki kemampuan yang dapat membantu mengatasi masalah organisasi, diskusikan dengan atasan. Kemudian pilihlah rencana yang Anda sukai atau yang memberikan peluang untuk mempelajari sesuatu yang baru.
4. Jangan takut mengemukakan gagasan
Perempuan terkadang enggan mengemukakan gagasan dengan alasan takut dianggap mencari perhatian, atau dianggap sebagai karyawan bermasalah, atau bahkan takut disebut sebagai seorang feminis.
Akibatnya, tak jarang perempuan cenderung bersikap tenang apabila melihat ada suatu kesalahan teknis yang dilakukan karyawan lain, atau ketika melihat suatu departemen melakukan langkah keliru. Kekhawatiran disebut feminis atau julukan lain membuat perempuan jadi tampak ragu-ragu dan canggung.
Karena itu, Anda sebaiknya mempelajari cara menyampaikan pengaduan dengan efektif. Pastikan bahwa komentar-komentar Anda menyentuh persoalan yang muncul di tempat kerja. Misalnya, "Sikap seperti ini saya kira adalah terlalu kelaki-lakian, dan merampas hak perempuan."
Hindari perasaan yang pribadi sifatnya, seperti, "Saya malu dengan sikapnya." Dan jangan minta maaf bila ada orang mengatakan bahwa Anda bersikap terlalu keras. Katakan saja, "Memang sudah seharusnya demikian, sebab ini sangat penting." Kemukakan pendapat Anda ketika seseorang mendapatkan penghargaan atas kerja keras Anda.
Dorothea (28), resepsionis dan asisten administrasi pada sebuah perusahaan internet, yakin bahwa kenaikan statusnya tertunda, dari staf honorer ke staf tetap karena ia tidak mendapatkan penghargaan atas pe-kerjaan yang telah ia lakukan dengan seksama. "Saya menghabiskan waktu sebulan untuk mengurus piknik perusahaan. Saya memang bekerja dengan seorang atasan untuk merencanakan semuanya. Sehari setelah acara itu sukses diselenggarakan, pemimpin perusahaan datang dan mengucapkan terima kasih kepada atasan saya. Sang pemimpin perusahaan tidak memberikan penghargaan atas kerja keras saya. Tak mengherankan kalau mereka tidak tertarik untuk mempekerjakan saya. Karena itu, saya lantas berhenti terlibat terlalu banyak."
Yang harus Anda lakukan juga adalah menarik garis antara pengaduan yang konstruktif dan ejekan biasa. Anda sebaiknya memfokuskan pada solusi, bukan untuk menyalahkan orang. Karena jika tidak, maka risikonya adalah hal itu akan dipandang sebagai gosip. Untuk menguji kebenaran maksud Anda, disarankan sebelum Anda mengadu, ajukan pertanyaan kepada diri sendiri. "Apakah saya dapat mengatasi hal ini sendiri? Ataukah saya membutuhkan orang lain?"
5. Diplomatis
Para atasan dan rekan kerja sesungguhnya akan dengan mudah mengetahui ketika Anda mengatakan "Ya, ya, ya," yang sekadar hanya untuk menyenangkan mereka. Dan jika Anda tidak mengemukakan apa-apa, kecuali kata setuju, Anda bisa kehilangan kredibilitas.
Karena itu, sebaiknya Anda berani bertaruh dengan menambahkan nilai. Belajarlah mengatakan "Ya, tapi" atau "Ya, meski begitu" Hal terbaik yang dapat Anda berikan kepada atasan adalah berpendapat secara positif tentang hal-hal yang Anda yakini hebat. Dan ketika Anda tidak sependapat, coba katakan, "Itu baik, tapi saya ingin melihatnya dari sudut lain." Bila Anda ingin menunjukkan daya pikir Anda, tambahkan dengan buah pikiran yang kreatif.
Tapi ingat jangan pernah mencoreng wajah atasan Anda! Bila Anda berdua berbeda pendapat, jangan dibawa ke depan forum. Tunggulah sampai Anda meninggalkan forum tersebut. Hal ini akan membuat atasan Anda merasa dihargai.
6. Beristirahatlah
Herda (39), seorang editor pada penerbitan buku, memiliki aturan yang ketat bagi para stafnya, yaitu mereka harus mengambil cuti, sesuai waktu yang ditentukan. "Saya sangat setuju dengan para staf yang melakukan pekerjaannya dengan serius dan bekerja keras," katanya. "Tapi saya telah belajar dari pengalaman bahwa dengan kerja keras, kita bisa mencapai titik di mana kita akan kehabisan tenaga dan karenanya tidak dapat berbuat apapun dengan baik." Maksudnya, orang yang tidak berlibur, yang terus-menerus bekerja, justru akan kurang produktif dan kurang menyumbangkan kreatifitas yang berarti bagi organisasi.
Semua kantor mengharap karyawannya bekerja pada puncak produktivitas mereka. Dan jadwal yang fleksibel, libur akhir pekan, cuti, maupun cuti panjang, ternyata membuat orang lebih segar. Lebih baik seorang karyawan bekerja dengan efisien di siang hari dan kemudian melewatkan waktu senjanya di rumah, daripada berlama-lama tinggal di kantor untuk lembur. Meskipun kebiasaan seperti itu tidak terdapat di tempat kerja Anda bila Anda bekerja sebagai wartawan, misalnya-Anda dapat membuat alasan untuk melakukannya. Kata Herda, "Secara pribadi, saya suka bekerja dengan orang yang cukup tidur."
Tapi ingat, bersikaplah secara fleksibel. Jelas bahwa atasan Anda tergantung kepada Anda dalam menyelesaikan suatu pekerjaan penting. Kendati itu berarti penambahan waktu, bila hal ini memang penting, apa boleh buat, tinggallah lebih lama di kantor dan kerjakan saja. (GCM/Nova/Nusya/RB/Hsaen)
"Ketika pertama kali bekerja, saya berusaha menunjukkan kepada atasan bahwa saya adalah staf yang loyal, yang cenderung mengiyakan dan menyenangkan atasan," kata Dinasari (30), seorang manajer komunikasi bidang keuangan. "Sayangnya, ia bukan tipe atasan yang suka menasihati saya. Dan saya tidak sempat mengincar kesempatan lain di organisasi tempat saya bekerja, karena perhatian saya begitu terpusat padanya."
Seorang karyawan harus pandai-pandai melihat situasi, kapan ia bisa tampil dengan cara menunjukkan loyalitas kepada semua orang di departemennya, atau bahkan di seluruh lingkungan perusahaannya. Pasalnya, banyak orang sukses yang menggunakan jurus tersebut. Mereka mencari cara agar dirinya dikenal banyak orang, tanpa harus mengurangi loyalitas terhadap atasan.
Selain itu, Anda sebaiknya berbicara dengan ramah kepada rekan sekerja, dan terkadang perlu menawarkan tips untuk mengatasi masalah, apabila ada teman yang mengeluh. Ini penting untuk menunjukkan bahwa Anda merupakan bagian dari tim. Bila sikap seperti ini menyenangkan hati atasan Anda, maka atasan juga akan loyal pada Anda.
Strategi ini berhasil diterapkan oleh Vanya (38), seorang karyawan bagian teknik sebuah laboratorium medis. "Ketika saya kembali bekerja setelah kelahiran putri saya, saya ingin segera membenahi karier saya.
Supervisor saya rela menolong saya untuk belajar dan maju, dan dia tidak keberatan ketika saya menawarkan untuk membantu staf di kantor yang sedang mengembangkan website." Setelah itu apa yang terjadi? Dalam jangka waktu 10 bulan, seorang supervisor dari bagian lain meminta saya untuk bergabung dengan timnya dan mempromosikan saya.
Tapi ingat, Anda sebaiknya bisa membeda-bedakan dalam memberikan loyalitas. Loyalitas sebaiknya dilakukan pada orang yang dapat menolong Anda, baik dengan memberikan nasihat ataupun dengan menerima Anda di sebuah proyek yang membantu Anda muncul ke permukaan atau meningkatkan karier Anda. Kedengarannya ini strategi yang manipulatif, tapi strategis.
2. Jangan berkutat dengan e-mail
Kantor-kantor yang sudah mapan dewasa ini memanfaatkan komunikasi via e-mail, meski itu untuk komunikasi internal. Dan karena itu, e-mail merupakan suatu cara jitu untuk menunjukkan kemampuan Anda, seberapa kreatif Anda. Namun, berkomunikasi dengan e-mail juga bisa berakibat buruk dalam waktu singkat.
Yang termasuk tidak penting adalah berita-berita yang telah diteruskan berulang-kali (di-forward) sehingga penerima kewalahan untuk mencari inti pesannya.
E-mail terkadang tak hanya memboroskan waktu, tapi juga membuat penerimanya bertanya-tanya, apakah mereka sungguh-sungguh menggunakan waktunya secara efisien. Tapi tak perlu terlalu takut dengan e-mail yang sifatnya memang penting, yang bisa membuat atasan Anda kehilangan berita. Pertanyaan yang penting sebelum menekan tombol send (kirim), adalah apakah manfaat e-mail ini baik bagi atasan maupun bagi diri Anda sendiri? Jika jawabannya jelas, kirimkan saja.
3. Tak perlu berlebihan
Mungkin Anda mengenal tipe ini, atau bahkan termasuk salah seorang di dalamnya. Seseorang yang selalu berusaha terlibat dalam setiap rencana, menghadiri rapat tanpa diundang, dan melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya. Ini jelas adalah strategi yang tidak bermanfaat. Pasalnya, membangun tim adalah seni. Dan melakukan secara berlebih-lebihan hal-hal yang bersifat pribadi bisa menunjukkan bahwa Anda sebetulnya tidak mampu bekerja dengan orang lain.
Yang lebih buruk lagi, atasan Anda bisa merasa curiga Anda tidak melakukan tugas yang sebenarnya dengan baik. Hal seperti ini pernah dialami Melissa, 30 tahun. "Saya sangat terlibat dengan segala macam pekerjaan. Saya bahkan sempat mengerjakan pekerjaan karyawan lainnya.
Saya juga merasa bersalah karena bekerja terlalu banyak, pekerjaan menumpuk, sehingga atasan memarahi saya karena saya bekerja sepanjang waktu. Padahal, atasan saya ambisius, dan karena itu dia merasa bahwa saya sedang mencoba mengincar posisinya. Akibatnya fatal bagi saya. Saya kehilangan pekerjaan yang begitu saya sukai."
Karena itu, sebaiknya arahkan energi dan sifat giat Anda pada hal-hal yang menjadi prioritas atasan Anda. Buatlah atasan dan rekan kerja Anda merasa senang dengan kehadiran Anda. Buat mereka selalu berkomentar, "Oh, ini dia." Tapi ingat, jangan berhenti mencari jalan untuk mengembangkan tanggungjawab Anda. Jika Anda memiliki kemampuan yang dapat membantu mengatasi masalah organisasi, diskusikan dengan atasan. Kemudian pilihlah rencana yang Anda sukai atau yang memberikan peluang untuk mempelajari sesuatu yang baru.
4. Jangan takut mengemukakan gagasan
Perempuan terkadang enggan mengemukakan gagasan dengan alasan takut dianggap mencari perhatian, atau dianggap sebagai karyawan bermasalah, atau bahkan takut disebut sebagai seorang feminis.
Akibatnya, tak jarang perempuan cenderung bersikap tenang apabila melihat ada suatu kesalahan teknis yang dilakukan karyawan lain, atau ketika melihat suatu departemen melakukan langkah keliru. Kekhawatiran disebut feminis atau julukan lain membuat perempuan jadi tampak ragu-ragu dan canggung.
Karena itu, Anda sebaiknya mempelajari cara menyampaikan pengaduan dengan efektif. Pastikan bahwa komentar-komentar Anda menyentuh persoalan yang muncul di tempat kerja. Misalnya, "Sikap seperti ini saya kira adalah terlalu kelaki-lakian, dan merampas hak perempuan."
Hindari perasaan yang pribadi sifatnya, seperti, "Saya malu dengan sikapnya." Dan jangan minta maaf bila ada orang mengatakan bahwa Anda bersikap terlalu keras. Katakan saja, "Memang sudah seharusnya demikian, sebab ini sangat penting." Kemukakan pendapat Anda ketika seseorang mendapatkan penghargaan atas kerja keras Anda.
Dorothea (28), resepsionis dan asisten administrasi pada sebuah perusahaan internet, yakin bahwa kenaikan statusnya tertunda, dari staf honorer ke staf tetap karena ia tidak mendapatkan penghargaan atas pe-kerjaan yang telah ia lakukan dengan seksama. "Saya menghabiskan waktu sebulan untuk mengurus piknik perusahaan. Saya memang bekerja dengan seorang atasan untuk merencanakan semuanya. Sehari setelah acara itu sukses diselenggarakan, pemimpin perusahaan datang dan mengucapkan terima kasih kepada atasan saya. Sang pemimpin perusahaan tidak memberikan penghargaan atas kerja keras saya. Tak mengherankan kalau mereka tidak tertarik untuk mempekerjakan saya. Karena itu, saya lantas berhenti terlibat terlalu banyak."
Yang harus Anda lakukan juga adalah menarik garis antara pengaduan yang konstruktif dan ejekan biasa. Anda sebaiknya memfokuskan pada solusi, bukan untuk menyalahkan orang. Karena jika tidak, maka risikonya adalah hal itu akan dipandang sebagai gosip. Untuk menguji kebenaran maksud Anda, disarankan sebelum Anda mengadu, ajukan pertanyaan kepada diri sendiri. "Apakah saya dapat mengatasi hal ini sendiri? Ataukah saya membutuhkan orang lain?"
5. Diplomatis
Para atasan dan rekan kerja sesungguhnya akan dengan mudah mengetahui ketika Anda mengatakan "Ya, ya, ya," yang sekadar hanya untuk menyenangkan mereka. Dan jika Anda tidak mengemukakan apa-apa, kecuali kata setuju, Anda bisa kehilangan kredibilitas.
Karena itu, sebaiknya Anda berani bertaruh dengan menambahkan nilai. Belajarlah mengatakan "Ya, tapi" atau "Ya, meski begitu" Hal terbaik yang dapat Anda berikan kepada atasan adalah berpendapat secara positif tentang hal-hal yang Anda yakini hebat. Dan ketika Anda tidak sependapat, coba katakan, "Itu baik, tapi saya ingin melihatnya dari sudut lain." Bila Anda ingin menunjukkan daya pikir Anda, tambahkan dengan buah pikiran yang kreatif.
Tapi ingat jangan pernah mencoreng wajah atasan Anda! Bila Anda berdua berbeda pendapat, jangan dibawa ke depan forum. Tunggulah sampai Anda meninggalkan forum tersebut. Hal ini akan membuat atasan Anda merasa dihargai.
6. Beristirahatlah
Herda (39), seorang editor pada penerbitan buku, memiliki aturan yang ketat bagi para stafnya, yaitu mereka harus mengambil cuti, sesuai waktu yang ditentukan. "Saya sangat setuju dengan para staf yang melakukan pekerjaannya dengan serius dan bekerja keras," katanya. "Tapi saya telah belajar dari pengalaman bahwa dengan kerja keras, kita bisa mencapai titik di mana kita akan kehabisan tenaga dan karenanya tidak dapat berbuat apapun dengan baik." Maksudnya, orang yang tidak berlibur, yang terus-menerus bekerja, justru akan kurang produktif dan kurang menyumbangkan kreatifitas yang berarti bagi organisasi.
Semua kantor mengharap karyawannya bekerja pada puncak produktivitas mereka. Dan jadwal yang fleksibel, libur akhir pekan, cuti, maupun cuti panjang, ternyata membuat orang lebih segar. Lebih baik seorang karyawan bekerja dengan efisien di siang hari dan kemudian melewatkan waktu senjanya di rumah, daripada berlama-lama tinggal di kantor untuk lembur. Meskipun kebiasaan seperti itu tidak terdapat di tempat kerja Anda bila Anda bekerja sebagai wartawan, misalnya-Anda dapat membuat alasan untuk melakukannya. Kata Herda, "Secara pribadi, saya suka bekerja dengan orang yang cukup tidur."
Tapi ingat, bersikaplah secara fleksibel. Jelas bahwa atasan Anda tergantung kepada Anda dalam menyelesaikan suatu pekerjaan penting. Kendati itu berarti penambahan waktu, bila hal ini memang penting, apa boleh buat, tinggallah lebih lama di kantor dan kerjakan saja. (GCM/Nova/Nusya/RB/Hsaen)
0 comments:
Post a Comment